Cinta yang Diam-Diam Bertahan, Ketika Rasa Tidak Pergi Meski Tidak Lagi Dimiliki

"Aku tidak bersamamu, tapi aku juga belum ke mana-mana."

Ada cinta yang tidak ingin dilihat dunia, yang tidak diumumkan di panggung sosial, dan yang tidak dirayakan dengan kata-kata megah. Namun, cinta itu tetap hidup. Tenang, pelan, tapi dalam. Ia menetap di ruang paling sunyi di hati seseorang cinta yang diam-diam bertahan.

Cinta Tak Lagi Bersama, Tapi Masih Tinggal

Perpisahan kadang tidak selalu menghapus rasa. Waktu boleh berlalu, jarak boleh terbentang, dan keadaan boleh berubah, namun ada rasa yang tetap tinggal. Bukan karena belum bisa move on, tapi karena rasa itu tumbuh bukan dari sekadar momen melainkan dari kedalaman yang sulit digantikan.

Kita pernah bersama, itu benar. Tapi sekarang kita tidak lagi saling menggenggam. Aku tidak ada di hidupmu, dan kau pun bukan lagi bagian dari rutinitasku. Namun anehnya, hatiku belum benar-benar bisa ke mana-mana.

Ada yang bilang cinta harus diperjuangkan. Tapi bagaimana jika perjuangannya adalah bertahan dalam diam?
Bukan karena tidak ingin berkata, tapi karena tahu: tidak semua cinta harus memiliki jalan kembali.

Aku tidak bicara padamu lagi. Tidak menanyakan kabar. Tidak mencari tahu dengan siapa kamu kini berjalan. Tapi, setiap kali malam datang dan keheningan menyelimuti, bayangmu masih sering datang, meski sekilas, meski tanpa suara.

Dan itu cukup. Karena mungkin memang cinta yang sejati tidak harus berisik. Kadang, cinta cukup menjadi diam yang tidak mati.

Setia Tanpa harus memiliki 

Kesetiaan tidak selalu berwujud dalam kebersamaan. Ada cinta yang setia, bahkan ketika hubungan itu telah lama berakhir. Bukan karena berharap, tapi karena belum ada yang bisa menggantikan rasa yang sama.

Aku tidak sedang menunggumu. Tapi aku juga belum membuka pintu untuk yang lain. Bukan karena tertutup, tapi karena hati ini masih ingin duduk di ruang kenangan yang tenang ruang di mana kamu pernah ada.

Setia dalam konteks ini bukan tentang janji, melainkan tentang keputusan untuk tidak menghapus, meski ada pilihan untuk melupakan.

Ada perbedaan antara terjebak dalam masa lalu dan memilih untuk menyimpan perasaan. Aku tahu kau sudah bukan bagian dari hidupku, dan aku pun tidak ingin terus hidup dalam bayanganmu. Tapi menyimpan rasa ini bukan berarti aku belum sembuh hanya saja, aku menghargai rasa yang pernah ada, dan memilih untuk tidak mengusirnya secara paksa.

Terkadang, kita terlalu terburu-buru untuk “sembuh”. Padahal tidak semua luka harus segera ditutup. Beberapa luka perlu waktu untuk menjadi bagian dari kita bukan untuk menyakiti, tapi untuk mengingatkan: bahwa kita pernah mencintai dengan sungguh-sungguh.

Cinta seperti ini memang tidak punya arah. Tidak ada masa depan yang ingin dikejar, tidak ada keinginan untuk kembali. Tapi bukan berarti tidak punya makna.

Mencintaimu dalam diam adalah caraku berdamai dengan kehilangan. Ini bukan cinta yang mengemis, bukan pula cinta yang menanti. Ini adalah cinta yang cukup dengan keberadaannya sendiri. Ia tidak menuntut diakui, tapi ia tetap ada seperti doa yang tak pernah terucap, tapi selalu terselip di antara napas dan harapan

Cinta Sunyi yang Tidak Diajarkan Buku-Buku

Buku-buku ajarkan kita bahwa cinta harus diperjuangkan, dibuktikan, bahkan dilawan. Tapi tidak semua cinta lahir dari naskah romantis. Cinta yang aku kenal cinta yang bertahan dalam diam tidak punya cerita besar, tapi justru paling tulus karena tidak menuntut apa pun.

Inilah cinta yang tidak selesai, tapi tidak menyakiti. Tidak memiliki, tapi tidak memudar. Ia hanya ada… dan cukup.

Mungkin akan tiba waktu di mana aku benar-benar bisa melepaskanmu. Mungkin suatu hari, seseorang datang membawa rasa baru yang perlahan menggantikan tempatmu. Tapi sampai saat itu tiba, aku tidak terburu-buru.

Aku tidak ingin memaksa hati melupakan, hanya agar terlihat kuat. Karena yang terkuat bukan yang paling cepat melupakan, tapi yang berani mengakui bahwa ia masih menyimpan. Meski dalam diam, meski dalam sunyi.

Karena kadang, mencintai tanpa dimiliki adalah bentuk keikhlasan paling jujur yang bisa dilakukan hati.

Biarlah Cinta Ini Tinggal, Tanpa Harus Kembali

Tidak semua cinta butuh akhir bahagia yang dirayakan. Ada cinta yang cukup hidup dalam ingatan, cukup dikenang tanpa harus kembali. Dan mungkin, cinta seperti inilah yang paling murni—karena ia tidak bersandar pada apa pun selain rasa.

Jadi, jika kau bertanya bagaimana kabar hatiku hari ini… jawabannya sederhana:

Aku baik-baik saja.
Karena meski aku tidak bersamamu, aku juga belum ke mana-mana.

 

 

 

 

 


 

0 Komentar