Dia Mustahil Untuk dimiliki, Tapi Anehnya Aku Suka


Kadang aku bertanya-tanya, kenapa hati ini malah jatuh pada seseorang yang jelas-jelas mustahil untuk kumiliki? Logika sudah teriak, “Udah, berhenti aja!” Tapi hati tetap ngotot, seperti ada magnet yang terus menarik ku ke arahnya. Dia nggak sempurna, aku tahu itu. Tapi ada sesuatu dalam dirinya yang bikin aku nggak bisa berpaling mungkin senyumnya, caranya berbicara, atau bagaimana dia memperlakukan orang lain. Entah apa itu, tapi aku tahu, aku jatuh hati.

Antara Logika dan Perasaan bercampur aduk, Aku sadar banget, rasa ini nggak akan pernah membawa ke mana-mana. Dia ada di dunianya sendiri, jauh dari jangkauanku. Tapi anehnya, aku tetap merasa ada kebahagiaan kecil setiap kali memikirkannya. Perasaan ini seperti bunga liar yang tumbuh di tempat tak terduga nggak bisa dipindahkan, nggak bisa dimiliki, tapi tetap indah kalau dilihat.

Tapi ada juga saat-saat di mana rasa ini menyakitkan. Membayangkan "andai" yang mustahil jadi nyata kadang bikin hati terasa berat. Rasanya seperti menunggu sesuatu yang aku tahu nggak akan pernah datang.

Cinta Tak Berujung

Tapi, di balik semua rasa sakit dan ketidakpastian ini, aku belajar sesuatu yang berharga. Aku belajar bahwa mencintai nggak selalu tentang memiliki. Kadang, cinta adalah soal memberi ruang di hati untuk rasa itu tumbuh, meski tanpa harapan untuk balasan. Ini adalah tentang memberi tanpa menuntut, merasakan tanpa mengharapkan sesuatu sebagai balasannya.

Aku juga belajar untuk menikmati hal-hal kecil melihat dia tersenyum, mendengar suaranya, atau sekadar mengenang momen-momen singkat yang pernah kami lewati. Bahkan saat kami hanya berbicara beberapa menit, aku merasa seperti ada bagian dari diriku yang terisi. Sesederhana itu, cinta ini mengajarkanku untuk menghargai kebahagiaan sederhana, tanpa harus berharap lebih.

Suatu hari, saat dia melewati aku di jalan dan hanya memberikan senyum kecil, aku merasa seperti dunia berhenti sejenak. Itu adalah momen yang tak terduga, namun membuat hatiku terasa ringan. Hal seperti ini, meski sekadar senyuman singkat, cukup untuk mengingatkanku bahwa cinta itu tak selalu harus berujung pada sesuatu yang besar atau nyata.

Aku mulai menyadari, terkadang yang kita butuhkan dalam hidup ini adalah perasaan yang membuat kita merasa hidup, meskipun tidak membawa kita ke tujuan yang kita impikan. Ini adalah cinta tanpa syarat, cinta yang tumbuh meskipun tidak pernah mengarah ke tempat yang kita inginkan. Dan mungkin, itulah yang membuatnya begitu berharga.

Haruskah Aku Menyerah?

Mungkin banyak orang bilang, “Udah, lupain aja. Cari yang lain!” Tapi menurutku, ini bukan soal menyerah atau bertahan. Kadang, kita cuma butuh waktu untuk menerima. Aku tahu, suatu saat perasaan ini akan pudar dengan sendirinya. Tapi untuk sekarang, aku ingin memberi diriku kesempatan untuk merasakannya.

Ada saat-saat di mana aku mencoba untuk melepaskan, tapi justru kenangan kecil yang kembali membawaku ke titik awal. Seperti waktu dia secara nggak sengaja membantuku memungut buku yang jatuh di perpustakaan. Gaya santainya, senyum yang terkesan biasa saja, entah kenapa meninggalkan kesan mendalam di hatiku.

Atau ketika kami pernah berbagi meja di kafe, hanya karena tempat lain penuh. Dia menawarkan kursi di depannya dengan sopan, dan meski pembicaraan kami hanya seputar cuaca atau antrean panjang, aku merasa waktu seakan berhenti. Hal-hal sederhana seperti ini, mungkin bagi dia hanya momen biasa, tapi buatku, itu cukup untuk menyimpan perasaan ini lebih lama.

Aku juga ingat waktu dia tertawa karena lelucon konyol yang aku ceritakan. Itu adalah pertama kalinya aku melihat sisi dirinya yang lebih santai dan apa adanya. Momen itu membuatku semakin yakin kalau dia adalah seseorang yang aku kagumi, meski aku tahu dia tak akan pernah menjadi milikku.

Karena bagiku, cinta ini adalah sebuah perjalanan meski tidak berujung, tetap ada keindahan di dalamnya. Setiap kenangan kecil ini seperti potongan puzzle, membentuk gambaran perasaan yang indah, meski tak akan pernah lengkap.

Mungkin suatu hari aku akan benar-benar melepaskannya. Tapi untuk sekarang, aku memilih untuk menghargai setiap perasaan yang ada, seakan itu adalah caraku memahami arti mencintai dengan tulus.

Terima Kasih, Walau Tanpa Balasan

Akhirnya, aku hanya ingin berterima kasih. Bukan karena dia hadir sebagai cinta yang mustahil, tapi karena lewat dia, aku belajar mencintai dengan tulus. Aku belajar bahwa cinta sejati bukan soal siapa yang kita miliki, tapi bagaimana kita bisa tetap bahagia dengan merasakan kehadiran seseorang, walaupun dari jauh.

Dan meskipun perjalanan ini sulit, aku percaya aku akan baik-baik saja. Karena kadang, yang kita butuhkan bukanlah jawaban, tapi keberanian untuk menerima apa adanya.

_______________


Hai teman-teman,

Saat ini, Hiraeth sedang mencari dukungan dari kalian. Kalau kalian punya cerita atau artikel menarik, yuk kirimkan dan jadi bagian dari blog ini!

Keuntungan berkontribusi:

  • Artikel yang lolos revisi akan dipublikasikan, dan nama penulis akan dicantumkan di akhir artikel sebagai apresiasi.

  • Sebagai bentuk terima kasih, nama Instagram kalian juga akan saya tampilkan di Instagram Story selama 2×24 jam.

Kalau ingin mendukung blog ini agar terus berkembang, kalian bisa memberikan donasi. Klik di sini untuk donasi.

Sebelum mengirim artikel atau memberikan donasi, harap DM saya dulu di Instagram.

Terima kasih banyak atas dukungan kalian!

Salam hangat,

Hira

0 Komentar